Aku yang kehilangan
Separuh jiwaku yang lain
Ia yang tersesat dunia niskala
Yang entah kapan kembali datang
Setiap hari aku berharap
Ia menemukan jalan pulang
...
Aku yang begitu menyedihkan
Setiap hari terluka
Setiap saat menahan airmata
Aku yang kini bukan lagi dunianya
...
Aku yang begitu memilukan
Yang terbuang diantara tumpukan luka
Tak berdaya...
Hilang arah...
...
"Tuan apakah kau bertemu dengannya?"
Aku bertanya pada setiap orang yang lewat
Bertemukah ia dengan belahan jiwaku yang tersesat?
Lalu mereka bertanya,
"Siapakah kau yang begitu lara?"
"Dan siapakah ia belahan jiwa, yang sedang kau cari tanpa arah?"
Di bagian inilah hati dan bibir terasa kelu
Maka hujan yang luruh dari kedua bola matalah yang paling sanggup menjawab

"Aku adalah putri yang kehilangan"
... 
"Dan Dia adalah ibu,  belahan jiwaku"
🍁
Dan kutitipkan catatan kecil diakhir sebuah kisah...

Bahwa tidak ada yang lebih buruk selain kehilangan seorang ibu sebab tersesat, disebuah zaman dimana yang tak nyata menjadi begitu nyata. Dan dia "kenyataan" sedang meregang nyawa disudut ruangan.

31 Agustus 2017
AL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sajak Airmata

Sebuah Anugrah, Bukan Yang Terindah Namun Yang Paling Berharga.